| Contact us - Hubungilah
kami | Conference
Proceedings - Laporan Konferensi | Links (English) Links (Bahasa Indonesia) |
| About
us | Abbreviations
Singkatan-Singkatan
| Satellite map of East
Timor - Peta Satelit Timor Lorosa'e |
| Home |
22lokakaryamengenai
pembangunan berkelanjutan pertama menentukan 4 isu pokok, dan selanjutnya
mencatatbeberapa strategi untuk menangani masalah-masalah tersebut. Di sini
kita tidak dapat membahas hasil-hasil dari setiap lokakarya tetapi semua
isu-isu, prioritas, strategi dan kesempatan yang ada akan tercantum dalam suatu
buku tentang jalannya konferensi, yang akan diterbitkan setelah berakhirnya
konferensi.
Dokumen berikut adalah ringkasan
hasil-hasil lokakarya.
Pada semua
tingkat masyarakat terdapat hubungan antara ekonomi,,lingkungan hidup, dan
kesejahteraan masyarakat. Kehidupan rakyat Timor tergantung pada lingkungan
hidup yang sehat, utuh, dan produktif. Lebih dari 400 tahun penjajahan
Portugal, dan 25 tahun penjajahan Indonesia menyebabkan kerusakan lingkungan
hidup dan kemiskinan yang tersebar. Pembangunan berkelanjutan adalah dasar
pokok cita-cita mengurangi kemiskinan di Timor Lorosa’e.
Teknologi yang
tepat, penghasilan pendapatan alternatif, akses terhadap mikro-kredit,
pariwisata ekologis, penambahan nilai (value-adding), dan sertifikasi kopi
merupakan kesempatan untuk membanguna ekonomi secara berkelanjutan.
Keikutsertaan wanita dalam semua tingkat pengambilan keputusan, dan jaminan
bahwa wanita mendapat akses ke pendidikan dan kesempatan, juga penting sekali
untuk mencapai pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.
Melalui
kebijaksanaan pembeliaannya, pemerintah dapat menyokong perusahaan-perusahaan
lokal yang berpraktek secara berkelanjutan, seperti industri daur ulang. Persediaan air dan prasarana dapat dicapai
melalui kerjasama di antara perusahaan dan pemerintah. Tindakan-tindakan
tersebut bisa membantu merangsang pasar-pasar untuk membuat produk-produk dan jasa-jasa domestik. Pajak-pajak,
subsidi-subsidi, penetapan harga tenaga (energi) dan biaya untuk pemakaian listrik,
seharusnya dirancang agar dapat bekerja untuk dan bukan melawan pembangunan
yang berkelanjutan. Perencanaan-perencanaan keuangan untuk investasi, mata
uang, pinjaman dari negara lain dan anggaran-anggaran memerlukan analisis
pembangunan berkelanjutan yang tepat. Perlu adanya keterbukaan (transparency)
dalam keputusan di tingkat nasional mengenai pembangunan yang bersifat
keuangan.
Di konferensi,
pendidikan ditentukan sebagai strategi utama untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Masyarakat yang
berpendidikan merupakan aset nasional, dan program-program penelitian yang
berkait seharusnya menjadi prioritas tinggi untuk Pemerintah dan sumber-sumber
LSM.
Program-program
dan bahan-bahan pendidikan harus dirancang sesuai denganisu-isu prioritas yang
telah dibahas dalam lokakarya konferensi dan yang terdaftar dibawah ini.
Kurikulum mengenai pembangunan yang berkelanjutan dan lingkungan hidup perlu
ditulis dan diajarkan di sekolah-sekolah.
Masih diperlukan guru-guru dan semua guru membutuhkan pelatihan khusus
mengenai isu-isu pembangunan yang berkelanjutan dan bagaimana mereka dapat
melibatkannya kedalam kurikulum umum. Program-program semacam ini perlu dibuat
secara bervariasi untuk memenuhi keperluan dan tingkat pendidikan yang
berbeda-beda di Timor Lorosač.
Keperluan
program pendidikan pembangunan yang berkelanjutan yang ditentukan dalam
lokakarya meliputi: perguruan tinggi,
sekolah, masyarakat desa, wanita, nelayan dan petani, seminar untuk tukang
bangunan dan perusahaan bangunan asing, perusahaan pariwisata, pelatihan di
bidang bahasa, pendidikan hukum adat dan budaya, pelatihan di bidang internet,
ketrampilan kerja, kesehatan, kesehatan gizi, kesehatan ibu hamil, pendidikan
mengenai kesehatan pribadi, pendidikan mengenai proyek-proyek besar seperti
tambang-tambang dan dampaknya terhadap masyarakat, pendidikan tentang politik
dan fungsi masyarakat sipil, ketrampilan pemasaran, pendidikan teknik,
perlindungan daerah penampungan air (water catchment), reboisasi, kesehatan
lingkungan hidup dan pendidikan pimpinan masyarakat.
Program
pendidikan harus diadakan secara formal dan non-formal dengan menggunakan
contoh-contoh praktis bilamana perlu seperti memperagakan teknik pertanian yang
berbeda; cara-cara pembangunan, seperti membangun WC dengan cara yang baik,
pemeliharaan dan perbaikian teknologi yang tepat, energi alternatif dan pilihan
terhadap, daur ulang, pengurangan sampah dan pembuangannya dan penampungan air
hujan. Bantuan dengan mikro-kredit akan sangat diperlukan bila petani, nelayan
dll. diharapkan membeli peralatan.
Pendidikan
umum mengenai isu-isu pembangunan yang berkelanjutan harus dilakukan dengan
bantuan media seperti penggunaan poster, radio dan televisi. Pers yang bebas dan mandiri juga ditentukan
sebagai hal yang sangat penting untuk dapat mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Bahan-bahan pendidikan tentang pembangunan berkelanjutan juga
harus disediakan di perpustakaan.
Pemberdayaan Kemampuan- pada semua
tingkat masyarakat
Setelah lebih
dari 400 tahun penjajahan dari Portuguese, ditambah dengan 24 tahun lebih
dijajah Indonesia, rakyat Timor Lorosa’e mengingingkan agar diikutsertakan
secara aktip dan dididik dalam proses pembangunan berkelanjutan. Inilah tema
kuat yang muncul dari lokakarya-lokakarya yang telah dilalui. Saat ini ada
keperluan yang mendesak untuk memperdayakan masyarakat pada tingkat lokal
melalui struktur tradisional dan organisasi seperti golongan-golongan wanita,
golongan-golongan pemuda, LSM-LSM d.l.l, agar mereka dapat mengambil peran
dalam pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah yang ditentukan selama
konferensi pembangunan berkelanjutan ini.
Perlu juga
dipercepatkan proses “Timorisasi”, dimana orang Timor Lorosae diberikan posisi
yang bertanggung jawab dalam pemerintahan, sedangkan UNTAET diharapkan di masa
depan hanya akan berperan sebagai pendamping untuk memberikan pengarahan.
Pemuda,
khususnya para pelajar dan mantan pegawai pemerintah (Portuguese maupun
Indonesia) perlu dipanggil untuk berpartisipasi dalam program-program pelatihan
yang membahas masalah-masalah specifik mengenai pembangunan yang berkelanjutan
seperti tercantum dalam lembaran pendidikan hasil lokakarya konferensi ini.
Petugas lapangan harus ditempatkan diseluruh daerah di Timor Lorosae, dan harus
dipertimbangkan juga keadilan untuk daerah pedesaan, supaya mereka juga
menerimaporsi materi dan pelatihanyang sama. Sebenarnya, banyak masalah yang
harusnya diselesaikan di tingkat pedesaan (mis, kesehatan pribadi dan
pembuangan sampah), dan oleh karena itu masyarakat lokal harus diberikan
pengetahuan yang cukup supaya bisa memgambil keputusan sendiri.
Pembangunan
berkelanjutan memerlukan transparansi dalam manajemen keuangan, perencanaan
lintas-sektor yang bersifat holistik (menyeluruh), yang menghubungkan masalah
lingkungan hidupdengan sektor-sektor lain. Misalnya, masalah-masalah kesehatan
disebabkan oleh lingkungan, seperti penyebaran penyakit melalui kualitas air
yang rendah atau pembuangan sampah yang tidak teratur, serta air kotor yang
dibuang.
Perencanaan
harus didasarkan pada pengetahuan masyarakat lokal. Perlu adanya pendekatan
yang terpadu dan transparan, yang diatur oleh, dan termasuk di dalamnya,
analisa dampak lingkungan (ADL).
Perencanaan
infrastruktur harus bersifat lintas-sektoral (mis, pembuangan sampah harus
dikoordinasikan dengan bidang transportasi, dan kapasitas aliran air harus
ditinjau kembali jika perencanaan keparawistaan dimulai). Kerjasama antar
departemen-departemen diperlukan sebab akan menghasilkan hasil yang lebih baik
untuk masyarakat Dibutuhkan rencana supaya
keperluan-keperluan energi dipenuhi. Grup “Penghasilan Energi Secara
Berkelanjutan di Masa Depan” mungkin bisa didirikan untuk membantu dengan
pembuatan kebijaksanaan dalam bidang penghasilan energi.
Perencanaan
harus didukung oleh data yang baik. Di banyak daerah datanya sangat kurang dan
kadang tidak ada sedangkan daerah-daerah yang merupakan prioritas harus
ditentukan agar dapat dikumpulkan datanya. Data-data dan informasi yang
merupakan dasar dari semua keputusan perencanaan harus disediakan kepada
masyarakat lokal. Keputusan mengenai pembagian wilayah, sumber-daya dan
managemen harus transparan dan bertanggungjawab. Sistem informasi geographik
(GIC) dapat digunakan disini.
Perencanaan
harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat, dandilakukan melalui dua pendekatan
sekaligus: Dari bawah ke atas (bottom-up) dan dari atas ke bawah (top-down),
antara Knua <> Aldeia <> Suko <> Conshello <>
Distrik <> Negara, yang
memungkinkan dua aliran pendapat
sekaligus.
Pengembangan Kebijakan dengan Melibatkan Masyarakat
Beberapa lokakarya telah menentukan perlu
adanya kebijakan pemerintah yang jelas untuk mengarahkan pembangunan Timor
Lorosae pada masa depan. Kebijakan-kebijakan dan pembuatan kebijakan
pembangunan seharusnya menunjukkan kemerataan dalam akses terhadap sumber daya
dan pelayanan.
Di konferensi, besar dukungannya supaya kebijakan-kebijakan
tersebut dikembangkan dengan konsultasi masyarakat supaya mereka sendiri
memiliki ide-ide dari kebijakan itu Kebijakan tersebut harusnya juga
mencerminkan keperluan untuk menemukan solusi-solusi yang praktis dan
keperluan-keperluan tersebut dirinci secara tertulis oleh sekelompok orang yang
terdiri dari berbagai bidang keahlian.Kebijakan final harusnya termasuk
pendapat dan keperluan masyarakat lokal. (contohnya, seharusnya kebijaksanaan
pertanian mencerminkan keperluan petani-petani).
Perlu adanya komunikasi dan konsultasi secara terus menerus
dengan LSM yang bekerja dengan masyarakat setempat.
Bidang kibijakan pembangunan yang berkelanjutan yang
diajukan dalam lokakarya-lokakarya termasuk antara lain Pemakaian Tanah dan
Pembagian Wilayah, Perikanan, Pengelolaan Penampungan Air, Kehutanan,
Tambangan, Impor/Ekspor, Investasi, Pertanian khususnya Pertanian Tebas-bakar,
Impor makanan yang direkayasa secara genetis, Kepariwisataan, Tenaga (Energi)
dan Pengelolaan Limbah.
Peraturan dalam sejumlah bidang merupakan
keperluan yang mendesak, khususnya kepemilikan tanah dan kepemilikan oleh orang
asing.
Seharusnya peraturan ditulis dengan konsultasi
dengan tokoh-tokoh adat supaya mengakui tanah adat, tanah individu, dan cara
penentuan pembagian tanah yang berbeda-beda seperti tanah kehutanan, pertanian,
industri dan kepariwisataan. Diperlukan juga peraturan kewarganegaraan, hak
pergunaan investor asing, mekanisme untuk pemecahan pertengkaran kepemilikan
tanah, impor/ekspor, penilaian pengaruh terhadap sosial dan lingkungan hidup
dari tambangan dan proyek-proyek besar, pertanggungjawaban dari perusahaan,
pencegahan polusi dan pembuangan sampah. Peraturan pembangunan juga diperlukan.
Peraturan diperlukan untuk menjaga hak asasi
manusia, hak sipil, lingkungan hidup dan hak para buruh.
Seharusnya peraturan mempunyai mekanisme
penegakkan, serta sumber daya manusia dan materi yang didedikasi terhadap
penegakannya, bersama dengan sebuah sistem hukuman yang mencerminkan beratnya
pelanggaran.
Hak-hak orang pribumi dan hukum adat harus diakui.
Menghormati budaya tradisional dan menghargai produk-produk setempat juga
penting. Bahan-bahan tradisional
memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan bahan-bahan impor, dan teknologi moderen dapat digunakan untuk
menambah baiknya pola-pola tradisional.
Pengakuan hukum adat dapat membantu mencegah masalah seperti penebangan
hutan dan pencemaran. Pengetahuan dan pengalaman orang-orang tradisional sangat
berharga karena kuatnya kedekatannya dengan tanah, udara, dan air. Penemuan
kembali pengetahuan tradisional dan hukum adat harus diutamakan.